BBS singkatan dari behavior-based safety.. keselamatan yg berbasis pd perilaku.. apa ya ini?
BBS mulai diterapkan di sini sekitar 8 tahunan, sejak sekitar 2007, gini cerita deployementnya..
Awalnya ditunjuk personnel yg cukup senior yg ditraining abis-abisan ttg konsep BBS, oleh persh yg punya "teknologi" perilaku dari Amrik sono.. Baru denger ya perilaku aja ada teknologinya xixixi (aku jg).. Setelah personnel senior ini belajar A-X ttg BBS kemudian akan menjadi trainer utama bagi trainer-trainer di lapangan, gitu deh biar irit kynya..
Apa sih konsep dasar BBS ini? Teknologi BBS percaya bahwa sebuah incident terjadi karena interaksi antara tempat kerja (paparan/exposure), pekerja, dan hubungan antara keduanya yg disebut dengan tingkah-laku (atau perilaku). Nah perilaku yg tidak safe jd pemicu terjadinya incident - kalo meskipun perilakunya gak safe tp incident tidak terjadi itu berarti untung-untungan (damn lucky).
Sehingga kalo mau enggak terjadi kecelakaan/incident di tempat kerja maka perilaku pekerja itu yg harus diatur supaya safe - mengubah dan mempertahankan perilaku inilah yg jd tujuan utama BBS (meningkatkan perilaku safe dan menghilangkan atau mengurangi perilaku atrisk), ini yg akan dimonitor sbg keberhasilan program yg sudah dijalankan (lagging indicator). Gimana caranya utk mencapai indikator ini? Ntar dibahas di bawah..
Kembali ke strategy deployementnya si BBS ini dulu ya.. Setelah personnel yg senior td ditraining heavily, dilanjut dengan pemilihan committee di lapangan, dipilih lg personnel-personnel kunci di lapangan yg akan menjadi anggota committee, biasanya pekerja yg senior (bukan yg senior umurnya ya, tp jabatannya). Nah anggota committee ini kemudian ditraining lg sekitar 4 hari untuk belajar ttg BBS, konsep dasarnya dan bagaimana mengimplementasikannya di lapangan.
Secara konkret BBS dijalankan/diimplementasikan dengan bbrp kegiatan berikut:
- Pemilihan perilaku utama. Dalam prakteknya tidak semua perilaku diamati, kalo mau semua malah gak fokus soalnya, sehingga harus dipilih-pilih. Personnel-personnel kunci dari lapangan td dikumpulkan salah-satunya adalah mengidentifikasi mana-mana perilaku yg utama dan paling banyak dijumpai di lapangan, dan kalau di"manage" akan berpengaruh pd tujuan utama safety yaitu tidak adanya incident. Hasil penyaringan perilaku yg utama ini kemudian dibentuk menjadi sebuah kartu observasi, yg akan digunakan untuk melakukan observasi perilaku.
- Observasi perilaku. Setelah kartu observasi jadi, maka dimulailah tahap selanjutnya yaitu BBS observation, setiap pekerja dilatih terlebih dahulu ttg cara melakukan BBS observation yg benar, bagaimana tata-cara dan etikanya, agar tidak menimbulkan "gesekan" antar pekerja. Berbekal kartu observasi maka pekerja mulai melaksanakan BBS observasinya, diawali dengan perkenalan, pemberi-tahuan maksud, dan meminta ijin (ingat BBS observation tidak boleh dijalankan dengan sembunyi-sembunyi). Observasi harus diakhiri dengan dialog antara observer dengan observee (yg diobservasi), knp kok perilakunya safe atau kenapa kok perilakunya ada yg atrisk, apa yg jd kendala shg perilakunya atrisk.
- Analisis hasil observasi. Setelah observasi perilaku, maka akan dilakukan analisis. Analisis hasil observasi ini dilakukan oleh team committee td, diawali dengan penyaringan mana-mana observasi yg valid ("nggenah") dan mana yang enggak valid. Observasi yg gak valid ini kemudian yg akan ditarget dibimbing (coaching) biar next observationnya valid. Setelah disaring yg valid-valid aja, kemudian diidentifikasi mana observasi yg menunjukkan bhw perlaku atrisknya membutuhkan perhatian dan perbaikan. Perbaikan ini mau enggak mau ngefek ke pengeluaran biaya, shg komitmen kepala lapangan (yg punya anggaran) diperlukan, agar perilaku atrisk tidak muncul lg.
- Pelaporan. Setelah observasi dan analisis hasilnya dilakukan, tahap selanjutnya adalah pelaporan, enggak boleh apa yg sudah dilakukan tidak dilaporkan progressnya, enggak akuntabel namanya. Yg perlu dilaporkan utk nunjukin progress pelaksanaan program BBS antara lain adalah: jumlah observasi yg telah dilakukan, persentase partisipasi pekerja, perilaku safe yg sering diobservasi, dan perilaku atrisk yg sering diobservasi.
- Review. Secara rutin setelah program BBS ini dijalankan, maka dilakukan review utk melihat sejauh mana progres program ini, apakah benar indikatornya tercapai? Apakah safe behavior semakin banyak, dan atrisk behavior semakin berkurang. Logikanya, dengan semakin berkurangnya atrisk behavior, maka jumlah incident dan nearmiss seharusnya semakin berkurang. Dalam review ini juga dilakukan perilaku-perilaku utama apa yg akan terus ada dlm kartu observasi dan mana yg perlu dihilangkan (karena ternyata tidak pernah diamati), atau perilaku apa yg harus ditambahkan agar bisa diobservasi.
Begitu sedikit ttg BBS yaw, besok ngomongin topik enteng lainnya..
BBS mulai diterapkan di sini sekitar 8 tahunan, sejak sekitar 2007, gini cerita deployementnya..
Awalnya ditunjuk personnel yg cukup senior yg ditraining abis-abisan ttg konsep BBS, oleh persh yg punya "teknologi" perilaku dari Amrik sono.. Baru denger ya perilaku aja ada teknologinya xixixi (aku jg).. Setelah personnel senior ini belajar A-X ttg BBS kemudian akan menjadi trainer utama bagi trainer-trainer di lapangan, gitu deh biar irit kynya..
Apa sih konsep dasar BBS ini? Teknologi BBS percaya bahwa sebuah incident terjadi karena interaksi antara tempat kerja (paparan/exposure), pekerja, dan hubungan antara keduanya yg disebut dengan tingkah-laku (atau perilaku). Nah perilaku yg tidak safe jd pemicu terjadinya incident - kalo meskipun perilakunya gak safe tp incident tidak terjadi itu berarti untung-untungan (damn lucky).
Sehingga kalo mau enggak terjadi kecelakaan/incident di tempat kerja maka perilaku pekerja itu yg harus diatur supaya safe - mengubah dan mempertahankan perilaku inilah yg jd tujuan utama BBS (meningkatkan perilaku safe dan menghilangkan atau mengurangi perilaku atrisk), ini yg akan dimonitor sbg keberhasilan program yg sudah dijalankan (lagging indicator). Gimana caranya utk mencapai indikator ini? Ntar dibahas di bawah..
Kembali ke strategy deployementnya si BBS ini dulu ya.. Setelah personnel yg senior td ditraining heavily, dilanjut dengan pemilihan committee di lapangan, dipilih lg personnel-personnel kunci di lapangan yg akan menjadi anggota committee, biasanya pekerja yg senior (bukan yg senior umurnya ya, tp jabatannya). Nah anggota committee ini kemudian ditraining lg sekitar 4 hari untuk belajar ttg BBS, konsep dasarnya dan bagaimana mengimplementasikannya di lapangan.
Secara konkret BBS dijalankan/diimplementasikan dengan bbrp kegiatan berikut:
- Pemilihan perilaku utama. Dalam prakteknya tidak semua perilaku diamati, kalo mau semua malah gak fokus soalnya, sehingga harus dipilih-pilih. Personnel-personnel kunci dari lapangan td dikumpulkan salah-satunya adalah mengidentifikasi mana-mana perilaku yg utama dan paling banyak dijumpai di lapangan, dan kalau di"manage" akan berpengaruh pd tujuan utama safety yaitu tidak adanya incident. Hasil penyaringan perilaku yg utama ini kemudian dibentuk menjadi sebuah kartu observasi, yg akan digunakan untuk melakukan observasi perilaku.
- Observasi perilaku. Setelah kartu observasi jadi, maka dimulailah tahap selanjutnya yaitu BBS observation, setiap pekerja dilatih terlebih dahulu ttg cara melakukan BBS observation yg benar, bagaimana tata-cara dan etikanya, agar tidak menimbulkan "gesekan" antar pekerja. Berbekal kartu observasi maka pekerja mulai melaksanakan BBS observasinya, diawali dengan perkenalan, pemberi-tahuan maksud, dan meminta ijin (ingat BBS observation tidak boleh dijalankan dengan sembunyi-sembunyi). Observasi harus diakhiri dengan dialog antara observer dengan observee (yg diobservasi), knp kok perilakunya safe atau kenapa kok perilakunya ada yg atrisk, apa yg jd kendala shg perilakunya atrisk.
- Analisis hasil observasi. Setelah observasi perilaku, maka akan dilakukan analisis. Analisis hasil observasi ini dilakukan oleh team committee td, diawali dengan penyaringan mana-mana observasi yg valid ("nggenah") dan mana yang enggak valid. Observasi yg gak valid ini kemudian yg akan ditarget dibimbing (coaching) biar next observationnya valid. Setelah disaring yg valid-valid aja, kemudian diidentifikasi mana observasi yg menunjukkan bhw perlaku atrisknya membutuhkan perhatian dan perbaikan. Perbaikan ini mau enggak mau ngefek ke pengeluaran biaya, shg komitmen kepala lapangan (yg punya anggaran) diperlukan, agar perilaku atrisk tidak muncul lg.
- Pelaporan. Setelah observasi dan analisis hasilnya dilakukan, tahap selanjutnya adalah pelaporan, enggak boleh apa yg sudah dilakukan tidak dilaporkan progressnya, enggak akuntabel namanya. Yg perlu dilaporkan utk nunjukin progress pelaksanaan program BBS antara lain adalah: jumlah observasi yg telah dilakukan, persentase partisipasi pekerja, perilaku safe yg sering diobservasi, dan perilaku atrisk yg sering diobservasi.
- Review. Secara rutin setelah program BBS ini dijalankan, maka dilakukan review utk melihat sejauh mana progres program ini, apakah benar indikatornya tercapai? Apakah safe behavior semakin banyak, dan atrisk behavior semakin berkurang. Logikanya, dengan semakin berkurangnya atrisk behavior, maka jumlah incident dan nearmiss seharusnya semakin berkurang. Dalam review ini juga dilakukan perilaku-perilaku utama apa yg akan terus ada dlm kartu observasi dan mana yg perlu dihilangkan (karena ternyata tidak pernah diamati), atau perilaku apa yg harus ditambahkan agar bisa diobservasi.
Begitu sedikit ttg BBS yaw, besok ngomongin topik enteng lainnya..